Kekuatan umat muslim

Jumat, 05 November 2010

Biarkan Alam Mempercantik wajahnya

“TELAH nampak kerusakan di darat dan laut, yang disebabkan ulah tangan manusia sendiri,” (Kitab Suci Alquran).

Sepenggal ayat tersebut sangat pantas rasanya bila dikaitkan dengan sederet peristiwa bencana alam yang saat ini menghampiri Bumi Pertiwi Indonesia. Bayangkan saja, dalam kurun waktu satu bulan, Indonesia sudah diuji dengan tiga bencana alam.

Dimulai dari ujung timur Indonesia tepatnya di Kabupaten Wasior, puluhan nyawa melayang akibat banjir bandang yang muncul secara mendadak. Kita semua berduka atas kejadian tersebut, Wasior pun menjadi sorotan media massa.

Namun dalam waktu singkat, Indonesia kembali dihantam musibah. Kali ini, gempa disertai gelombang tsunami, menerjang Kepulauan Mentawai yang posisinya berada di barat Indonesia. Hingga kini tercatat lebih dari 400 jiwa dinyatakan tewas tergulung gelombang tsunami.

Kejadian ini meninggalkan keprihatinan mendalam. Selain ratusan nyawa melayang, pemerintah juga seakan kurang peka dengan gejala alam yang tengah terjadi. Hal ini terbukti saat gempa bumi terjadi di Mentawai, kala itu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geologi di Padang justru mencabut status waspada tsunami. Sayangnya, tak lama setelah status tersebut ditetapkan, gulungan air setinggi tujuh meter justru datang dan memporak-porandakan pemukiman warga.

Terakhir, kabar duka datang dari tengah Indonesia. Gunung Merapi yang kabarnya menjadi gunung teraktif di dunia kembali unjuk gigi dengan mengeluarkan awan panas atau wedhus gembel. Sang Juru Kunci Mbah Maridjan pun tidak mampu memprediksi dan membendung kapan sang gunung beraksi. Mbah Maridjan justru tewas tersapu wedhus gembel saat berada di kediamannya, di kaki Gunung Merapi.

Hingga kini Merapi terus beraksi. Bahkan abu vulkanik Merapi sudah tiba di Kota Bandung, Jawa Barat. Tidak ada satu pun pihak yang memprediksi kapan letusan Merapi berakhir. Warga yang berdomisili di Yogyakarta dan Jawa Tengah pun diimbau agar tetap waspada.

Lengkap sudah penderitaan Indonesia. Kejadian ini menimbulkan banyak tafsir. Apakah ini ujian bagi kita sebagai manusia, atau justru hukuman dari Yang Maha Kuasa karena kita tidak lagi peka terhadap alam.

Jika memang kejadian ini sebagai ujian mari kita bersabar. Namun jika kejadian ini adalah hukuman, mari kita bersama-sama memohon ampun. Yang pasti, sederet peristiwa ini menyimpan banyak hikmah di dalamnya. Dengan bencana, manusia mulai mengingat Sang Pencipta, dengan bencana pula solidaritas kemanusiaan akan timbul. Jika bencana tak muncul, bisa jadi kita tak akan perduli dengan sesama.

Sebagai manusia, kita harus sadar bahwa kita bukanlah pemilik bumi dan hanya menumpang untuk sementara. Jadi, biarkan alam mempercantik wajahnya dengan caranya sendiri. Semoga, setelah kejadian ini wajah Ibu Pertiwi kembali tersenyum dan manusia dapat merawat serta menjaga alamnya dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar